Kota Pontianak
merupakan ibu kota dari Kalimantan Barat. Kota ini dikenal sebagai Kota
Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Kota Pontianak
didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie, putra ulama Syarif Hussein
bin Ahmed Alqadrie (atau dalam versi lain disebut sebagai Al Habib Husin) seorang
penyebar ajaran Islam yang berasal dari Arab.
Syarif Abdurrahman
meninggalkan Kerajaan Mempawah dan mulai merantau. Di wilayah Banjarmasin, ia
menikah dengan adik Sunan Nata Alam (sultan Banjar) dan dilantik sebagai
Pangeran. Ia berhasil dalam perniagaan dan mengumpulkan cukup modal untuk
mempersenjatai kapal pencalang dan perahu lancangnya, kemudian ia mulai
melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Dengan bantuan Sultan Pasir,
Syarif Abdurrahman kemudian berhasil membajak kapal Belanda di dekat Bangka,
juga kapal Inggris dan Perancis di Pelabuhan Pasir.
Tiga bulan setelah
ayahnya wafat pada tahun 1184 Hijriah di Kerajaan Mempawah, Syarif Abdurrahman
bersama dengan saudara-saudaranya bermufakat untuk mencari tempat kediaman
baru. Mereka berangkat dengan 14 perahu Kakap menyusuri Sungai Peniti.
Pada waktu dzuhur mereka sampai di sebuah tanjung, Syarif Abdurrahman bersama pengikutnya menetap di sana. Tempat itu sekarang dikenal sebagai Kelapa Tinggi Segedong. Namun Syarif Abdurrahman mendapat firasat bahwa tempat itu tidak baik untuk tempat tinggal dan ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mudik ke hulu sungai. Tempat Syarif Abdurrahman dan rombongan sembahyang dhohor itu kini dikenal sebagai Tanjung Dhohor. Ketika menyusuri Sungai Kapuas, mereka menemukan sebuah pulau, yang kini dikenal dengan nama Batu Layang, dimana sekarang di tempat itulah Syarif Abdurrahman beserta keturunannya dimakamkan. Di pulau itu mereka mulai mendapat gangguan hantu Pontianak. Syarif Abdurrahman lalu memerintahkan kepada seluruh pengikutnya agar memerangi hantu-hantu itu. Setelah itu, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Kapuas.
Pada waktu dzuhur mereka sampai di sebuah tanjung, Syarif Abdurrahman bersama pengikutnya menetap di sana. Tempat itu sekarang dikenal sebagai Kelapa Tinggi Segedong. Namun Syarif Abdurrahman mendapat firasat bahwa tempat itu tidak baik untuk tempat tinggal dan ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mudik ke hulu sungai. Tempat Syarif Abdurrahman dan rombongan sembahyang dhohor itu kini dikenal sebagai Tanjung Dhohor. Ketika menyusuri Sungai Kapuas, mereka menemukan sebuah pulau, yang kini dikenal dengan nama Batu Layang, dimana sekarang di tempat itulah Syarif Abdurrahman beserta keturunannya dimakamkan. Di pulau itu mereka mulai mendapat gangguan hantu Pontianak. Syarif Abdurrahman lalu memerintahkan kepada seluruh pengikutnya agar memerangi hantu-hantu itu. Setelah itu, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Kapuas.
Menjelang subuh 14 Rajab 1184 Hijriah atau 23 Oktober 1771, mereka sampai pada persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Setelah delapan hari menebas pohon di daratan itu, maka Syarif Abdurrahman membangun sebuah rumah dan balai. Daerah itu kemudian diberi nama Pontianak. Asal nama Pontianak dipercayai bermakna Kuntilanak atau hantu perempuan. Konon, ketika Syarif Abdurrahman Alkadrie tiba di daratan Pontianak, ia bertemu dengan hantu kuntilanak dan berhasil mengusirnya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar